hartanto

TEMBOK BESAR

TEMBOK BESAR

 

Di tembok ini,

Batu batu berduka sepanjang peredaran

Waktu dan pergantian musim ke musim

Bukan air, perekat antar batu yang tersusun

Tapi darah para pecundang

mereka terkalahkan oleh  pedang

yang tak terhunus dan gaung sangkakala

suara itu bergema dari istana kaisar

ketika para buruh mesti bersimpuh

dikaki panji-panji dinasti.

Para petani berhuma di sisi tembok

Agar setiap pagi burung-burung bernyanyi

bercerita tentang para selir raja yang berladang

Tanpa keringat diantara bunga-bunga

 

Di tembok ini,

Aku mengenal kekuatan dan kejayaan

Daya tahan dan ketahanan leluhur

kegagahan para ksatria penunggang kuda

keindahan, kemegahan dan nestapa

Yang dihiasi oleh isak di keheningan

Para padri menulis buku suci peradaban

Dengan cinta dan tinta darahnya

Juga ditulisnya prosa hikayat raja dan jelata

Sambil menghitung lelehan darah

Yang menetes dari sela-sela dinding batu

Aku termangu bersama Putu

Ia, lantas menorehkan pena jadi sketsa

Tentang sepenggal cerita tembok besar.

 

Di tembok ini.

Bebatuan mengular begitu panjang dan jauh

Terbaca dari rekam pandangku

perjuangan, kesetiaan, dan nganga luka

petilasan sejarah yang abadi di setiap hati

dan tak akan pudar oleh putaran waktu

meski tak tersisa lagi cerita lama tentang

riwayat Dinasti Qin, Dinasti Han dan Dinasti Ming

tapi siapa menjaga mimpi esok hari

di bebukitan hijau sisi Utara tersimpan

kisah misteri cinta  para puteri kaisar. Wanginya

tersimpan di gerbang Shanhaiguan dan  Jiayuguan

air matanya, mungkin masih membasahi huma

Seirama perputaran, terbit dan terbenamnya matahari

 

Beijing 2012-Denpasar2022.